Bebek dan Kesombongan Elang

Sabtu, 06 Februari 2010


Oleh: Mahmuddin Ridlo

Semenjak itik berteman dan tinggal seatap dengan pipit, pelatuk, dan jalak, mereka menjadi tidak kesepian lagi. Walaupun itik adalah jenis unggas yang tidak bisa terbang, namun itik dikenal dengan budi pekerti yang baik dan suka menolong siapa pun. Suasana damai selalu menyelimuti kebersamaan mereka, baik dalam duka maupun suka.

Namun, suasana indah itu berubah, manakala si raja udara datang dengan maksud yang tak diinginkan. “Sudah kubilang beberapa kali pada kalian, jangan berteman dengan itik, dia berbeda dengan kita,” kata elang.

“Memang, itik berbeda dengan kita, tapi haruskah kita menjauhinya?” tanya pipit tidak terima.

“Benar, tak pantas kita bermusuhan hanya karena masalah yang sepele, yakni berbeda atas kekurangan. Toh, itik juga memiliki kelebihan,” bela jalak.

“Apa? Apa kelebihannya itik, dia hanya unggas yang bersayap, tapi pertubuhannya gemuk, dan jari kakinya yang tak runcing, malahan ada selaputnya lagi,...ha…ha...ha…,” elang tertawa terbahak-bahak. Elang kembali terbang. Ia mengepakkan sayapnya yang kokoh ke angkasa. Berlalu meniggalkan itik yang sakit hati.

***

Senja menjelma sore. Musim kemarau berakhir. Kini, musim pancaroba tiba. Sang surya mulailah beristirahat di balik gumpalan-gumpalan awan hitam. Bertanda hujan pembuka musim hujan akan tiba. Bermula dari hujan rintik-rintik yang mengguyur setiap harinya, akhirnya terjadilah erosi dari bukit ke lembah, di mana di bawahnya hutan berada. Air yang mengangkut lumpur itu turun ke hutan.

Namun, ada yang masih bingung mencari sarangnya yang mungkin sudah hanyut di dalam lumpur. Ia terus terbang bersama terpaan rintikan hujan yang semakin deras. Akhirnya, tubuhnya terhuyung, karena tak bisa menjaga keseimbangan dan ketahanan tubuh terhadap udara dingin. Ia terjungkal dalam lumpur.

“Tolong… Tolong aku hampir tenggelam,” jerit elang hampir tengelam. Semua yang berkecambuk di hati itik sudah tak dihiraukan lagi. Ia tak tega kondisi elang di ujung maut. Ia langsung berenang dan menarik kuat-kuat sayap elang dengan perlahan-lahan ke daratan.

Elang tak menyangka jika yang menolongnya adalah itik yang selama ini diejeknya habis-habisan.Tak lama kemudian, mereka saling memaafkan apa yang sudah terjadi. Itik pun menerimanya dengan lapang dada. ‘Tak ada gading yang tak retak’, semua makhluk hidup pasti mempunyai kekurangan dan kelebihannya.

Penulis, siswa MTs Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar