BERDUKA

Sabtu, 06 Februari 2010

tuk Kota Solo

Bocah-bocah tak lagi memancing

tak lagi berenang

mengumbar kegembiraan.

Kini, sudah menjelma neraka

yang siap menjilat nyawa.

Bersabarlah, nak.

Sungai kebanggaan itu

meluapkan untahan dari perutnya.

Sekali lagi bersabarlah, nak…

Karena menjinjing dan menggendong bawaan,

lebih baik dari memancing dan berenang.

Selama lilin belum meredup

oleh terpaan hawa dingin dan panas,

sulutkan semangat bangkit!!!

13.15, 27/12/07

Mahmuddin Ridlo,

siswa MTs Nurul Ummah, Yogyakarta

Jerit Tangisku

Rintikan mutiara melesat derasnya.

Mereka menari-nari dan melompat-lompat

selama rotasi bumi tak kunjung reda jua.

Nestapa di ambang pintu.

Malaikat maut memasang muka seram.

Kami takut…

Cukup sudah dua belas tempat tinggal kami…

Cukup sudah sawah, peternakan, keduniawiaan kami

jadi bulanan.

Tak dipungkiri, hatiku…Indonesiaku…berkabung.

12.58, 27/12/07

Mahmuddin Ridlo,

siswa MTs Nurul Ummah, Yogyakarta

Sampai Kapan Bencana Terhenti…

Mentereng caya sumber kehidupan

masih seukuran tombak, tiba di peraduan.

Helaian hawa segar masih melenakan.

Ku mulai menyantap lembaran-lembaran informasi,

Mengeja kalimat, tuk buka jendela dunia.

Tiba-tiba, semua syaraf tercekik.

Hamparan surga zamrud katulistiwa ini,

luluh lantak.

Tak sanggup pita hitam, mawar, dan kembang kamboja

melupakan goresan luka ini.

Dalam luka yang membabi buta masih mengerang;

Kapan negeri ini hidup tenang?

Hus, jangan bodoh, ini sir Illahi!

14.42, 27/12/07

Mahmuddin Ridlo,

siswa MTs Nurul Ummah, Yogyakarta

1. Sir Illahi: rahasia Tuhan

0 komentar:

Posting Komentar