Yang Tak Terlupakan

Sabtu, 06 Februari 2010


Kucing Kencing Sembarangan

Musim hujan sudah di depan mata. Biasanya, banyak gejala-gejala terjadi diawal musim ini. Salah satu diantaranya adalah kedatangan kucing-kucing yang bagaikan menyerbu asrama kami. Kehadirannya yang tak diharapkan membuat hati kami kesal.

Yang membuat kami kesal adalah ulahnya yang sangat seenaknya. Ya, namanya juga hewan yang tak berakal, namun jika hewan itu dibiarkan dan dibebaskan kenakalannya, apa tidak akan merugikan kaum manusia. Itu juga merupakan pelanggaran hak hidup layak, tul gak?

Pernah suatu saat pada musim hujan yang lalu, kucing-kucing tak diundang itu nyelonong datang. Kakinya kotor, badannya bau, lapar akan makanan dan bulunya yang jorok. Karena daftar keuntungan kucing itu datang dan daftar kerugian kucing itu dating lebih besar kerugiannya. Maka, kami bersepakat membuangnya jauh-jauh. Namun, masih juga ada yang sayang binatang yang kondisinya sudah begitu. Keputusan kami bulat, kucing itu kami buang.

Nah, pada musim hujan yang tiba kali ini, hal serupa terjadi. Seekor kucing jorok -maaf bukannya saya menghina seekor kucing dengan rasa tak hewani, namun kita anggap kucing yang ini jorok, bukan yang lain - asrama kami. Awalnya kami cukup berhati-hati.

Namun, sepandai-pandai tupai melompat, pasti jatuh juga, kelengahan kewaspadaan dialami teman asrama saya. Saat saya dan teman-teman seasrama saya sedang berdzikir setelah sholat subuh, kucing itu duduk dipangkuan teman saya. Dia yang ngantuk kaget dan menaruhnya di sampinganya. Apa yang terjadi? Kucing itu malah duduk lagi dipangkuan teman saya dan kencing di situ. Spontan teman saya kaget, aduuuh…..kena apes.?!@#&

Mahmuddin Ridlo,

Santri asrama Pelajar PP Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta

Sungguh-Sungguh Terjadi / SKH Kedaulatan Rakyat

Pada waktu yang sama, saya membeli bullpen seharga 2.500, dengan uang 50.000, dan saya dikasih kembalian. Namun, temn saya beli sabun seharga 1.500, dengan uang 50.000 juga tidak diterima karena uangnya kebesaran. Kasihan….(Kiriman: Mahmuddin Ridlo, santri PP Nurul Ummah, Yogyakarta)

0 komentar:

Posting Komentar